Yogyakarta - Cerita tentang seorang penjaga parkir yang disebut mendadak "cuan" Rp367 juta dari Sweet Bonanza beredar dari satu gawai ke gawai. Narasinya sederhana: bermodal setara harga kopi sachet, ponsel digenggam, layar berputar, saldo melejit. Benarkah demikian, atau hanya kisah yang dibuat agar ramai diperbincangkan?
Kisah ini cepat memantik rasa ingin tahu. Nama, lokasi persis, dan bukti transaksi tidak pernah benar-benar dipublikasikan, namun jumlahnya telanjur jadi bahan obrolan dan tangkapan layar di berbagai percakapan. Sweet Bonanza pun kembali menanjak di topik perbincangan harian warganet.
Versi yang beredar menyebut si penjaga parkir bertugas di kawasan yang ramai lalu lintas pejalan kaki. Hujan rintik jadi latar, pos kecil jadi panggung, dan "modal kopi sachet" menjadi pengait cerita. Beberapa menit kemudian, klaimnya, layar menunjukkan angka yang dikatakan menembus Rp367 juta.
Detail penting seperti sumber dana awal, metode penarikan, hingga bukti notifikasi perbankan tidak menyertai cerita utama. Tanpa tiga hal itu, publik hanya mendapatkan potongan narasi yang sulit diverifikasi. Di sinilah jarak antara kabar ramai dan fakta kerap melebar.
Nama Sweet Bonanza kerap mampir di ruang digital karena tampilannya yang berwarna dan mudah dikenali. Kombinasi visual bertema permen dan ritme permainan yang cepat membuatnya mudah dipahami mereka yang baru pertama kali melihat. Di banyak unggahan, narasi yang ditonjolkan bukan proses, melainkan angka yang besar dan momen yang terkesan spontan.
Jenis narasi seperti ini lazim dipakai untuk memancing rasa penasaran. Tanpa konteks lengkap-termasuk risiko, cara kerja fitur di dalam permainan, dan kemungkinan kerugian-publik cenderung menangkap kesan bahwa hasil besar muncul begitu saja. Padahal, setiap permainan bernature peluang memiliki sisi yang tidak kasat mata ketika hanya angka kemenangan yang disorot.
Pemeriksaan cepat di arsip pemberitaan arus utama hingga Sabtu, 16 Agustus 2025, belum menemukan rujukan kredibel yang mengonfirmasi identitas si penjaga parkir, nominal Rp367 juta, maupun rincian transaksi. Sejumlah laman acak justru memuat kisah menang dalam berbagai versi dengan angka dan tokoh yang berganti-ganti, ciri yang umum dijumpai pada konten promosi yang tidak melalui proses editorial.
Ketiadaan data pendukung bukan serta-merta membantah seluruh cerita, tetapi menandakan publik perlu menahan diri sebelum memperlakukan klaim sebagai fakta. Prinsip sederhana yang patut diingat: identitas jelas, bukti transfer terverifikasi, dan kesesuaian waktu publikasi adalah tiga indikator minimum untuk menilai kredibilitas kabar tentang angka fantastis.
Sebagai latar, pemerintah pada 14 Juni 2024 menetapkan Keputusan Presiden No. 21/2024 yang membentuk satuan tugas lintas lembaga untuk mempercepat penindakan praktik berisiko di ranah digital yang melibatkan uang. Mandatnya tegas: pencegahan, penindakan, dan perlindungan masyarakat melalui langkah terpadu lintas kementerian/lembaga.
Dalam keterangan pers di Istana pada 21 Mei 2024, Menkominfo menjabarkan bahwa pemerintah menurunkan jutaan konten terkait praktik berisiko tersebut dan melakukan koordinasi dengan otoritas keuangan untuk penanganan akun yang terafiliasi. Data ini menunjukkan pemerintah menaruh perhatian serius pada fenomena yang kerap memanfaatkan narasi kemenangan fantastis di ruang digital.
Kabar penjaga parkir Yogyakarta yang disebut mengantongi Rp367 juta dari Sweet Bonanza memang mudah memantik rasa ingin tahu. Namun tanpa identitas, bukti transaksi, dan verifikasi independen, ia tetap berada di ranah cerita yang belum teruji. Memilah informasi, menelusuri sumber, dan tidak tergesa membagikan ulang adalah langkah paling masuk akal agar percakapan publik tidak didominasi angka besar tanpa konteks.